/by Fadly
Mengapa banyak atau kurang aturan?
Boleh jadi pernah terlintas dibenak kita, Ihwal aturan dapat dilihat dari berbagai perspektif, kali ini kita memaknainya dari tinjauan filosofis.
Masyarakat disuatu negeri tentu dalam hidup bermasyrakat atau dalam kesehariannya mereka perlu diatur karna mereka belum mampu mengatur dirinya, harapannya mereka dapat hidup bersama dalam kerangka keteraturan atau istilah yang populer kini "berkeadaban".
Dahulu kala sebelum dikenal namanya negara, terjadi perdebatan panjang para ahli pikir(intelektual) dalam mencari dan merumuskan formula yang ideal dalam mengatur masyarakat, diakui hal ini tidak mudah. Akar primordialnya manusia/individu didalam masyarakat cenderung mengabaikan hak asasi manusia lain, sebagaimana ungkapan mashur filsuf abad 18 Thomas Hobbes menurutnya "manusia serigala bagi orang lain" Kita bisa benarkan dan alami zaman modern kini dalam bentuk kerakusan, keserakahan dan kebengisan yang lebih halus, tentunya ini berbahaya bagi keberlanjutan hidup bermasyarakat.
Sejak dulu sebelum terbentuknya negara, dalam masyarakat komunal atau kelompok sudah dikenal ada aturan yang mengatur dan menjadi pegangan dalam kesehariannya. Antara lain kitab suci agama dan norma ethics suatu kepercayaan tertentu yang bersumber dari pencipta semesta maupun yang disepakati bersama dan berlaku universal hingga kini. Meskipun sdh ada aturan norma ethics/kitab suci, hal tersebut dianggap belum memadai dalam mengatur masyarakat. Norma ethic dan kitab suci dianggap masih tidak efektif dan masih abstrak kita boleh menyebutnya demikian, terbatas hanya pada himbauan moral (tidak memaksa) serta tidak memuat sanksi apabila dilanggar, sanksi yang berupa fisik empiric umumnya bahwa aturan manapun itu minimal memuat 'apa yang dibolehkan dan apa yang tak dibolehkan' yang harus diketahui seseorang dalam melakukan tindak laku atau perbuatan. Akhir kata , bahwa semakin banyak aturan/norma tertulis pada masyarakat dalam suatu negeri, penanda keteraturannya rendah dan jauh dari kata berkeadaban begitupun sebaliknya.